Akhir tahun, banyak festival film diadakan di kota-kota besar di Indonesia, sebutlah JIFFEST, JAFF, FFI, JAFF, Festival Sinema Prancis, FFD, dan kawan-kawan, dan sebagainya, dan seterusnya. Banyaknya seponsor membuat festival ini gak underground lagi, tapi muncul di bioskop komersial (jaringan twentiwan red.). Nah mungkin ocehan saya kali ini nyambung sama euforia suasana menonton ini.
Sebagai manusia penonton yang berbudaya tenggang rasa, simpati, dan empati (semoga) hendaknya sebelum lampu studio teater dipadamkan kita penonton yang berbudaya ini sudah membuka segala bungkus plastik cemilan kita dan mengeset ponsel menjadi mode diam/getar (atau di-nonaktifkan sekalian). Sehingga setelah lampu teater dipadamkan tidak terdengar lagi suara kresek-kresek plastik cemilan kita. FOKUSLAH KE LAYAR STUDIO jangan layar ponsel sebelum lampu teater menyala kembali. Seberapa pun inginnya hasrat kita untuk mengecek album foto, pesan-pesan kekasih yang membikin senyum-senyum sendiri, atau kegiatan lain yang tak penting yang merupakan pengusir kepenatan di dalam teater. Jika merasa ponselmu bergetar jangan percaya, mungkin itu hanya halusinasi--akibat kecanduan ponselmu kamu sering merasakan getar ponsel seolah ada pesan yang nyatanya tidak--jadi TAHAN DIRI untuk menyalakan ponsel.
TAHAN LIDAH untuk menyatakan seluruh emosi dan perasaanmu tentang segala yang tampil di layar studio. Karena sungguh kita bukan kritikus film yang terlalu mumpuni untuk mencaci, lagipula jika kita menyemangati pemeran di layar untuk bersembunyi dari kejaran pembunuh mereka tak akan dengar. Lagipula kita menonton bersama dengan banyak orang lain yang sangat terganggu dengan celotehan komentar yang tidak penting.
PS. tolong setelah menonton hindarilah komentar "UDAH GINI DOANG?" atau "GAK MASUK AKAL NIH" karena dengan demikian kita menyianyiakan beberapa puluh ribu rupiah uang kita dan memubazirkan waktu kita, kenapa repot ke bioskop jika kita gak rela "diperdaya" gambar bergerak?
PPS. komentar tersebut menunjukkan kita manusia penonton yang malas berpikir, tidak kreatif, dan kurang wawasan, oke, jadi tahanlah diri sebaik-baiknya.
POPCORN/CIKI/MINUMAN RINGAN sudah cukup gak perlu makan mie goreng/bakso/somay/kolak duren ke dalam teater. Di bagian klimaks kamu sudah cukup tegang untuk makan. Lagipula aromanyaaaaaa..... ingat kan anjuran tetangga yang mencium bau masakan kita juga harus kedapatan makanannya, nah di teater tetangga kita banyak ruangan teater juga berpendingin udara, apa perasaan?
TONTONLAH FILM SESUAI USIA, bagi yang berniat membawa serta adik kecil, ponakan, atau anak tercinta pilihlah film yang sesuai. RAJINLAH MELAKUKAN RISET sebelum menonton. Kita biasa berurusan dengan internet, jadi lakukan riset untuk mengetahui secuil tentang film yang akan ditonton bersama anak-anak. Atau kita sudah merasa dewasa dan bisa menonton segala jenis film MENONTONLAH DENGAN ELEGAN hindari sikap norak, jangan tiap lihat adegan ciuman/pelukan/sanggama tiba-tiba meniru suara primata kebun binatang dan berseru-seru menutupi rasa jengah.
ANTRE, bukan hanya di bioskop. Di manapun kita harus antre. Hal yang bisa menandakan kita berbudaya atau gak.
terakhir, TONTONLAH FILM YANG INGIN ANDA TONTON, bukan film yang "lagi ngetren" "kata orang bagus" sekali lagi RISET bisa menentukan kita ingin nonton atau enggak. Jangan "nonton karena semua teman nonton, kalo gak nonton nanti dibilang gak gaul." Tiket nonton itu bisa buat makan tiga kali bagi anak kos, jadi pilih dengan bijak kecuali kamu bersinnya duit yah terserah si. Lagipula, idup berdasarkan standar dan penilaian orang lain melelahkan.
sudah kah? ada masukan lain? Intinya, bertenggang rasalah, tunjukkan kalau penonton Indonesia itu berbudaya. :D Selamat menonton.
beberapa film yang saya tonton, empat yang terakhir saya tonton di rangkaian acara festival film. |