Jumat, 20 Juni 2014

Selamat Datang di Kampus Impian

“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.”---Pramoedya Ananta Toer

Biasanya kalimat sakti inilah yang digunakan mahasiswa yang memilih jurusan sastra (termasuk saya) guna menampik segala cercaan keji masyarakat. Bagaimana bisa keji, sebelum kamu memutar ujung pensilmu ke kolom bertanda jurusan sastra ____ akan ada celotehan,
"Masuk sastra nanti kerjanya apa?"
"Sastra itu ngapain? Ngurusin tanda baca!"
"Lulusan sastra itu nanti gak laku di dunia kerja!"

... seolah ujung kehidupan hanya buat cari pekerjaan.

Ketahuilah para pemuda harapan bangsa, pak Taufiq Ismail pernah berkata, jadi dahulu kala, untuk membangun Indonesia diperlukanlah sarjana dari bidang ekonomi, pertanian, dan sains. Sehingga pandangan sebelah mata kepada jurusan ilmu sastra (atau ilmu budaya saat ini) terjadi. Sayangnya, masih berlanjut sampai sekarang.

Jadi kamu (calon mahasiswa/saya juga) berminat ke bidang sastra? Pikir lagi? Apakah kalian siap dijegal komentar di atas tadi? Apakah kalian siap disematkan dengan berbagai stereotip ("Anak Sastra ya, pinter bikin puisi dong?" [amin] - "Anak sastra ya, tata bahasanya bagus dong?" [amin]) Jika ya, susun rencana!

1. Mantapkan pilihan (kalau tidak, digempur ejekan seperti di atas itu [apalagi dari orang tua] niatmu goyah - kuliah malas - fokus hilang dan inginnya cepat sbmptn tahun berikutnya biar bisa ganti jurusan).
2. Pikirkan alternatif kemampuan diri yang lain (jika sungguh niat akademismu memang menjurus ke ilmu budaya - jalani dengan riang gembira dan ikutilah kegiatan yang lain, organisasi/kursus bahasa asing/kursus komputer/atau ikut komunitas hobi kegemaranmu - hal ini baik bagi kemampuanmu dan kehidupan sosialmu, bagus juga untuk urusan CV-mu)
3. Banyak baca - buku jendela dunia, slogan ini berlaku sampai akhir hayat. Sastra juga mencakup banyak teori sosial lain, bahkan juga sains (ingat fiksi ilmiah). Banyak baca dan tunjukkan ke kolegamu dari ranah ilmu yang lain kalian juga mampu mengikuti jalan pikir ranah ilmu lain.
4. Jangan meremehkan dan merendahkan diri, ilmu sastra (ilmu budaya) juga rumit jangan merendahkan harkat martabat dengan bilang ilmu yang lain jauh menandingi ilmu sastra - pelajari dengan benar dan syukuri apa yang ada.
5. Yakinlah rezeki dari Tuhan. Tak perlu risau soal rezeki, yang penting adalah selalu berusaha.
6. Bukankah menggeluti hal yang diminati dan disukai lebih membahagiakan ketimbang mengikuti standar orang lain?
 
Bagaimana jika kamu tidak siap? carilah suatu ilmu yang kamu minati (yang kamu rasa paling menyenangkan untuk dipelajari, cari hal-hal yang membuatmu penasaran). Dan ingat kutipan awal tulisan ini.