Sabtu, 24 Maret 2012

#3

Ayah Ibu beraut muka mendung pagi ini. Mereka menerima rajukan Naris soal menghilangkan tahilalat di dagu kiri. Sebuah permintaan yang mengiris hati. Demi cita-cita jadi selebriti.

Aku tidak menyangka Naris menganggap serius omonganku soal penghilangan tahilalat itu. Naris benar-benar ingin operasi penghilangan tahilalatnya. Percaya atau tidak Ayah ibu ingin mengabulkan permintaan Naris. Namun mereka juga ragu.

Bagaimana membedakan Naris dengan Aku nanti kalau tahilalat Naris hilang. Tahilalat itu sebagai pemanis, nanti wajah Naris tak menarik lagi kata ibu. Naris bilang, aku semakin gelap dan kucel sedangkan Naris masih bersih karena merawat diri. Naris bersikeras bahwa tahilalat itu pangkal dari kanker kulit. Ibu diam.

Ayah sudah buat janji dengan dokter kulit minggu berikutnya. Naris akan operasi. Tahilalatnya tak akan ada lagi. Naris senang sekali. Dia makin mantap jadi selebriti.

Nastiti dan Nariswari sekarang jadi identik sekali. Tetangga-tetangga kini tak bisa bedakan kami lagi. Naris senang sekali kariernya akan mengkilap dan dia akan selalu dipuji. Tentu itu pikiran dia sendiri. Aku merasa aneh sekarang, aku dan dia mirip tak terperi.

Jumat, 23 Maret 2012

#2

Naris selalu bisa menarik perhatian semua orang. Jika ada kecoak menyusup ke kamar kami, ia teriak seperti orang gila. Ayah akan datang dan mendekapnya setelah kecoaknya pergi. Waktu memutar lagu dengan laser disc, dan iseng aku cabut kabelnya, ia teriak kesal sambil menangis dan ayah datang lagi memasang kembali kabelnya. Aku memang tidak dimarahi. Tapi aku tetap kesal. Mengapa Naris jadi anak pencari perhatian begitu.

Waktu SD ibu guru bilang gambar Naris bagus sekali. Lalu ibu guru datang ke tempat anak lain dan bilang gambarya bagus sekali. Ibu guru datang lagi ke tempat anak lai, dan sekali lagi bilang gambarnya bagus sekali. Naris yang mendengar langsung panik dan teriak sambil menangis. Ibu guru mendatangi NAris malah diteriakinya. Waktu itu aku kelas tiga SD. Dan aku tau Naris tidak mau dikalahkan. Dalam segala hal. Dan dia tak mau kesenangannya dirusak.

Waktu SMP Naris masih les menyanyi bahkan masih sangat aktif. Ia jadi lead vocal untuk paduan suara tempat lesnya selama dua tahun. Sedangkan aku sudah tidak les menari lagi. Aku lebih suka menjalani masa SMP dengan berorganisasi atau main dengan teman-teman. Bagi Naris, jadi nomor satu itu segalanya. Sekarang baju Naris pasti lebih bagus, lebih terang, dan lebih banyak gambarnya dari punyaku. Tapi aku tidak peduli lagi.

Waktu SMA Naris bilang ke ibu ia ingin jadi aktris. Ia ingin tampil di tivi dan jadi bintang iklan. Sesungguhnya Ayah tidak rela anak manisnya ditonton beribu orang dan ingin memilikinya. Ibu juga tidak terlalu bersimpati. Katanya jadi aktris nanti Naris jadi bengis. Aku yang sudah tak peduli hanya hahahihi. Naris juga tetap gigih, ingin jadi bintang televisi. Ia daftar kelas model dan belajar akting di teater SMA. Ia sesekali daftar jadi model untuk majalah remaja.

Aku iseng sekali waktu bilang, 
"Naris, aktris-aktris di televisi itu mukanya mulus-mulus. Naris ada tahilalat di dagu. Ada yang percaya kalau itu pangkal dari kanker kulit. Jadi dibuang saja supaya wajah Naris mulus. Cindy Crawford saja membuang tahilalatnya, dia takut kanker dan tidak jadi selebriti lagi."
Naris panik. Sejak saat itu Naris meminta ayah untuk operasi menghilangkan tahilalatnya.

Kamis, 22 Maret 2012

#1

Namaku nastiti, aku puya saudari kembar namanya nariswari. Tetangga-tetangga bilang naris manis sekali karena punya tahilalat di dagu sebelah kiri. Selain manis bagai gulali naris pintar menyanyi. Dari lagu Indonesia Raya hingga Bangun Pemuda Pemudi. Padahal aku juga senang menari. Tapi tetangga-tetangga tak suka aku seperti mereka suka nariswari.

Ibu selalu membeli baju yang serupa buat aku dan nariswari. Walau warna atau polanya kadang berbeda sedikit, tapi ibu selalu memadupadankan bajuku dengan punya nariswari. Ibu memasukkan nariswari ke kelas menyanyi dan untuk aku ibu memasukkan ke kelas menari. Ibu bilang aku dan nariswari hartanya yang paling berharga. Ibu selalu membagi dua sama rata kue yang dibelinya buat aku dan nariswari.

Sepatu, mainan, pita, tas sekolah, semua ibu belikan yang serupa untuk aku dan nariswari. semua ada tempat untuk membubuhkan nama. N-A-S-T-I-T-I :) aku tulisi. N-A-R-I-S-W-A-R-I :) naris yang menulis di barang-barang miliknya. Hanya satu yang aku tak punya. Tahi lalat seperti punya naris.

Kalau tetangga berusaha membedakan aku dengan nariswari, mereka selalu berdecak. "Ini pasti nariswari, karena ada tahilalat di dagunya, dan ini pasti nastiti." Naris pasti dikenali lebih dulu. Padahal aku yang muncul lebih dulu ke dunia. Seandainya aku dulu ngambek dan tak mau keluar mungkin naris tertahan di perut ibu dan kehabisan napas. Ya, kenapa dulu aku tak ngambek saja?

Jumat, 16 Maret 2012

Sesuatu yang Tak Bisa Kamu Ingkari dan Terkadang Menyebalkan #2

Lanjutan yah dari posting yang lalu....

8. Darah Dan Daging... Apakah Anda memiliki kakak atau adik yang begitu mirip tampilan fisiknya dengan anda tapi dia menjadi makhluk paling menyebalkan semuka bumi? Yep saya merasakannya, beberapa teman juga mengalaminya. Well, bagaimanapun "musuhmu" itu punya gen yang sama dengan mu, darah dan dagingnya serupa punyamu. Sayangilah mereka


9. Durian ... Kalau kata ibuku, "Gak Suka Duren Berarti Gak Tau Nikmatnya Dunia" well si duren yang baunya ampun-ampunan ini banyak juga yg gak suka kan. Tapi unttungnya adalah saya suka duren hore, gak akan di-bully ibu lagi. Duren yang aduhai ini kulitnya dipenuhi DURI, hmm... sempat berangan bahwa duren tanpa duri tapi sepertinya sia-sia namanya saja DURIAN = BERDURIDURI.. kubur harapan duren tanpa duri!

10. PERUBAHAN... sesungguhnya yang tak berubah dalam hidup ini adalah perubahan itu sendiri, patah tumbuh hilang berganti. Mari Hidup dengan baik, dengan sehat, dan dengan selalu memahami perubahan :)

menurutmu, hal-hal apa yang tak bisa kau ingkari??? 

Rabu, 14 Maret 2012

Sesuatu yang Tak Bisa Kamu Ingkari dan Terkadang Menyebalkan

1. Kewarganegaraan, yoi hanya dengan mengurus berkas-berkas di kedutaan besar dan selember kertas yang menandakan kamu ganti kewarganegaraanlah yang bisa merubah setatus keberadaanmu. but anyway your ancestor is never change.

2. Ras atau warna kulit, kalo di tivi kamu dijejali berbagai pemutih kulit - yakinlah mereka pendusta. Pigmen kulit diatur oleh kelenjar di dalam kepalamu. kau ingin ganti warna kulit? bedah kepalamu!

3. Ayah dan Ibu, you can't choose your parents - all you have to do is deal with it. Ibuku pernah bilang "Ibu tau de, lu itu kalo jauh dari Ibu kangen terus kalo udah ketemu sebentar kangennya ilang terus sebel terus pengen pergi lagi, iya kan." Well your parents do know you're upset with them, tapi mereka memendamnya karena mereka pasti pernah merasa hal yang sama. Yang jelas si hargai Ibu mu yang melahirkanmu, hargai ayahmu yang menjadikanmu ada. Hargai orangtuamu yang rela melakukan apa saja agar kau bisa sekolah.

4. Kekasih yang menyebalkan, awrite walaupun pacarmu suka tidak perhatian, pikun, menyebalkan, dan tukang tidur - walaupun kau sering mencaci makinya kau masih bersama dengan landasan cinta, well just go with it :D do not too much complaining

5. Kuliah Kerja Nyata, jika kau adalah mahasiswa di UGM dan berangan Kuliah Kerja Nyata akan dihapus, kubur anganmu dalam-dalam karena hal itu tak akan terjadi hingga kapanpun.


6. Skripsi, seluruh perguruan tinggi menerapkannya kalau anda mahasiswa dan ingin dapat tulisan Sarjana Anu di belakang nama anda, jangan pernah bermimpi untuk melewati fase ini. (kecuali universitas tertentu yang punya kebijakan lain untuk meraih gelar sarjana)


7. Jenis kelamin - errr walaupun ada berbagai teknologi ganti kelamin but officially you punya organ dalam gak bisa berubah kan. Dan isu bias gender membuat hal ini menyebalkan, misalnya: perempuan itu lemah butuh perlindungan dari laki-laki, well terkadang menyebalkan tapi ada juga yang berpikir itu cute, entahlah. That is why mata kuliah feminisme ada di perguruan tinggi.


... to be continued

Selasa, 13 Maret 2012

Saya dan Angan-angan


Pemerintah sedang merencanakan menyeragamkan satu zona waktu untuk seluruh Indonesia. Alasannya adalah masalah efektivitas perdagangan demi kesempatan pertumbuhan ekonomi. Lalu berbagai pendapat dari masyarakat pun berdatangan. Pendapat yang paling ekstrem adalah membunuh negara Indonesia dan memecahnya menjadi negara Sumatra, negara Jawa, negara Sulawesi dan seterusnya. Tak terbayang bagaimana saya hanya untuk pulang ke rumah menggunakan paspor. Apakah memang tak ada harapan untuk negeri bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini? Seburuk apapun negeri kita, sebodoh apapun warga negara negeri kita di akal pikir masyarakat dunia, ini tetap negeri kita. Semenjak lahir kita minum air dari tanah negeri ini. kita mewarisi gen nenk moyang dari negeri ini. Kita harus tetap berterimakasih dan berusaha membuat negeri ini semakin baik. Bukan menyerah dan ingin membuyarkannya. NKRI. Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lalu ada lagi kabar yang memberitakan di berbagai daerah warganya menolak kehadiran salah satu ormas besar yang aktivitasnya berlandasan agama. Indonesia mengakui 6 agama dan kepercayaan. Hanya enam yang bisa resmi dicantumkan di KTP. Walaupun ada pasal jelas di Undang-Undang Dasar 1945 bahwa seluruh warga negara berhak beribadah dan menganut kepercayaannya masing.masing. Apakah satu agama bisa berbahaya bagi agama lain. TIDAK. semua agama mengajar kebaikan menurut saya. Kita yang biasanya tidak tahu sesuatu akan cenderung membencinya. Begitu pula dengan kejadian di daerah-daerah dan juga demo di jakarta 14 Februari lalu. Mereka yang memerotes akan kehadiran ormas tersebut bukan membenci agama, tetapi membenci anggota ormas yang bertindak sewenang-wenang atas nama agama. Waktu kita kecil kita selalu dijejali kata-kata TOLERANSI, TENGGANG RASA, TEPA SELIRA. Apakah kata-kata itu hanya sekadar kata wajib di buku PPKn dan tak ada makna yang hanya berupa hegemoni lain dari sebuah rezim?

Beberapa waktu terakhir kata GALAU sedang menasional - menjadi trend - dan komoditi hiburan. Berterimakasihlah pada Twitter, jika belum popular lewat twitter tandanya suatu trend belum dianggap trend. Walaupun twitter sering "membunuh" orang-orang terkenal.