Namaku nastiti, aku puya saudari kembar namanya nariswari. Tetangga-tetangga bilang naris manis sekali karena punya tahilalat di dagu sebelah kiri. Selain manis bagai gulali naris pintar menyanyi. Dari lagu Indonesia Raya hingga Bangun Pemuda Pemudi. Padahal aku juga senang menari. Tapi tetangga-tetangga tak suka aku seperti mereka suka nariswari.
Ibu selalu membeli baju yang serupa buat aku dan nariswari. Walau warna atau polanya kadang berbeda sedikit, tapi ibu selalu memadupadankan bajuku dengan punya nariswari. Ibu memasukkan nariswari ke kelas menyanyi dan untuk aku ibu memasukkan ke kelas menari. Ibu bilang aku dan nariswari hartanya yang paling berharga. Ibu selalu membagi dua sama rata kue yang dibelinya buat aku dan nariswari.
Sepatu, mainan, pita, tas sekolah, semua ibu belikan yang serupa untuk aku dan nariswari. semua ada tempat untuk membubuhkan nama. N-A-S-T-I-T-I :) aku tulisi. N-A-R-I-S-W-A-R-I :) naris yang menulis di barang-barang miliknya. Hanya satu yang aku tak punya. Tahi lalat seperti punya naris.
Kalau tetangga berusaha membedakan aku dengan nariswari, mereka selalu berdecak. "Ini pasti nariswari, karena ada tahilalat di dagunya, dan ini pasti nastiti." Naris pasti dikenali lebih dulu. Padahal aku yang muncul lebih dulu ke dunia. Seandainya aku dulu ngambek dan tak mau keluar mungkin naris tertahan di perut ibu dan kehabisan napas. Ya, kenapa dulu aku tak ngambek saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar