Laki-laki itu masuk ke kamarnya dengan wajah cemberut.
Perempuan yang tak tahu menahu apa yang sedang terjadi pada kekasihnya
menyambut dengan senyum ceria seperti biasa. Laki-laki itu duduk sebentar lalu
mulai bicara.
“Kamu selingkuh, kan?”
“Halo sayang. Kenapa datang-datang sudah bilang begitu?”
“Mengaku saja.”
“Kamu dapat berita dari mana itu?”
“Beberapa minggu ini kamu sering chit-chat sama orang yang tak
aku kenal. Sering kali pakai emoticon cium. Itu selingkuhanmu kan? Jangan kira
aku tak tahu?”
“Sayang, kamu bongkar-bongkar gadgetku? Itu tak sopan loh.
Lagipula siapa yang kamu maksud sih. Aku sering loh kirim emoticon ke
teman-temanku lewat gadget.”
“Nah, itu kamu mengaku kamu sering tebar-tebar cium.
Murahan!”
“Hei, kenapa bilangnya kasar begitu? Siapa sih yang kamu
maksud? Lagipula itu kan hanya emoticon. Doesn’t mean anything.”
“Nah, jadi tiap kali kita kirim-kirim pesan kamu bubuhi
emoticon cium buat aku juga tak berarti apa-apa.”
“Aduh sayang, kamu belum jawab pertanyaan yang satu udah
melontar tuduhan lain lagi. Kamu ini kenapa sih?”
“Oke kembali ke tadi, siapa itu yang sering chit-chat sama
kamu mulai dari beberapa minggu lalu, namanya seperti perempuan tapi aku yakin
laki-laki.”
“Mungkin yang kamu maksud Naran, dia perempuan. Dia teman
lamaku. Teman baik waktu sekolah dulu. Baru dapat kontaknya ya minggu lalu itu.
Dan lazim loh sekarang sesama teman perempuan kirim-kirim emoticon cium.
Sebagai tanda apa ya, dramatisasi saja mungkin jadi pesan yang kita kirim tak
begitu datar.”
“Berarti pesan yang kamu kirim padaku juga perlakuannya
sama, emoticon ciumnya hanya untuk penghias?”
“Sayang, sebenarnya apa maksudmu?”
“Hentikan emoticon cium padaku jika tak berarti apa-apa.”
“Ha ha ha ha… Tenang emoticon tidak menggantikan
ciuman-ciuman kita.”
“Berarti aku juga bisa berbagi emoticon cium ke
teman-temanku karena ia tak berarti apa-apa.”
“Silakan. Tapi kamu tentu tidak mau dianggap tidak jantan
kan sayang.”
“Apa maksudmu?”
“Laki-laki biasanya hanya mengirim emoticon cium pada
kekasihnya yang mengirimi ia emoticon tersebut lebih dulu.”
“Persetan dengan emoticon cium.”
Hi Nama saya Egi
BalasHapusHahaha, suka dengan postingannya. Emoticon bisa disalahmengertikan sama orang lain. Pengalaman nyata?
halo egi - tentu saja ini hanya fiksi
BalasHapus