Kamis, 23 Januari 2014

Teringat Charles Darwin

Teori evolusinya darwin - manusia keturunan kera. Bukan itu yang saya ingat. Bahwa suatu spesies yg mampu bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan. Sekarang saya sedang mengalaminya. Ini hari kerja. Di luar mendung dan gerimis mengundang - mengundang untu ngantuk. Microsoft Word seolah menyanyikan nina bobo, dan untuk mengusir rasa ngantuk saya mengulum permen mint. Tadinya di toples permen banyak berisi permen kopi. Lumayan sebagai sugesti pengusir kantuk. Nah, permen kopinya habis, saya mulai mengulum permen mint. Saya beradaptasi dengan lingkungan. Iya bukan? Kok saya merasanya begitu.

Lalu pikiran saya mulai menjalar ke lain hal. Tadinya di kantor saya internet lancar membuka berbagai situs media sosial pun tak apa. Lalu muncul wacana sesungguhnya segala media sosial akan diblokir saat jam kerja dan dibebaskan pada jam istirahat. Apa yang terjadi kemudian hari? Internet semakin tersendat, media sosial tak sedia dibuka, saat jam kerja MAUPUN jam istirahat. Sungguh saya dan teman-teman sekantor kecewa. Sekian bulan mengeluh sana sini tapi keadaan internet tetap lamban jaya begitu kami pun sudah menganggapnya biasa. Kami menjalani hari kerja dengan teratur. Pengelolaan kepenatanmu berbagai cara (sembunyi-sembunyi tentunya). Kami beradaptasi dengan lingkungan? bisa jadi.

Lalu saya ingat pula, ketika lebaran biasanya di rumah kita pasti banyak kue-kue kering. Punya kue kering favorit? Pasti habis lebih dulu. Yang tersisa adalah kue kue kering yg kurang kita minati. Lalu ibu saya pasti bilang "nanti juga abis". Yah karena kita ingin camilan dan kue yang kita inginkan sudah lenyap, ada baiknya kita beradaptasi dan memakan kue yang ada. Saya mulai berpikir Charles Darwin sungguh sakti.

Apa yang terjadi jika kita tidak beradaptasi dengan lingkungan? Kita tidak bisa bertahan. Jika saya bersikeras ingin mengulum permen kopi saya akan tenggelam dalam hasrat tak tersampaikan (duh). Dan jika saya dan teman-teman saya tidak merelakan jaringan internet yang lamban begitu, kami akan jadi makhluk pengelluh dan tak tahu bersyukur dan tidak kerasan kerja di kantor. Dan jika selepas lebaran kita tidak mengudap kue kue sisa kita seperti menyianyiakan berkah hari raya.

Charles Darwin itu hebat.
Mbah DARWIN


saya juga pernah mengalami beberapa kejadian seputar beradaptasi. Jamban di Indonesia kebanyakan jamban jongkok - lalu penetrasi budaya Barat mulai membawa jamban duduk ke negeri kita tercinta. Saya punya beberapa teman, yang tidak bisa menuntaskan jam biologisnya perihal bentuk jamban ini. Nah, sungguh jika kita tak bisa beradaptasi dengan lingkungan kita bisa menderita.

Perihal teknologi informasi pun demikian. banyak dari kita menggunakan teknologi informasi karena "semua teman kita menggunakan" "takut ketinggalan" benar-benar itu pula suatu bentuk adaptasi dengan lingkungan. Lalu  jika kita tak mampu, janganlah hilang akal, berdamai dengan keterbatasan juga sebuah bentuk adaptasi dengan lingkungan. :D

mungkin Charles Darwin dianggap legenda karena satu teorinya bisa diaplikasikan pada banyak kejadian dalam hidup kita. Atau ini hanya pikiran saya saja. Jangan terlalu dipikirkan.

Omong-omong, di film The Fall, Charles Darwin digambarkan ilmuwan nyentrik yang tergila-gila memetakan penyebaran kupu-kupu.
penampakannya di film, jubahnya kayak jubahnya di film MONONOKE HIME :3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar